Puisi


 JIWAKU

Kutatap di lelap tidurmu
begitu lembut desah nafasmu
memancarkan pasrahnya jiwa
mengharap belaian
Kasih-Mu ya Rob

Kutatap di lelap tidurmu
begitu lembut desah nafasmu
kuterawang ke awang-awang
binar berjuta bintang
berbaur berdekapan
membelai gelora
tuk capai
Kasih-Mu ya Rob

Kutatap di lelap tidurmu
begitu lembut desah nafasmu
kucari jawab pasti
di doa-doaku
di jiwaku
di mimpiku
di telapak tanganku
kusambut
Kasih-Mu ya Rob

Tri Maryati
Yogyakarta, 30 Maret 2012


CAHAYA

Seberkas cahaya
kemilau di antara kita
kugenggam erat hingga kudapat
kurengkuh dengan penuh peluh
kuraih hingga uban memutih
bersamamu hai kekasih

Tak kan goyah
walau badai mendesah
tak kan gentar
walau ombak menghentak
tak kan lapuk
walau topan menerjang

Cahaya ....
Seberkas

memancar di antara kita
kurengkuh bersama
kugapai penuh gelora
kuraih walau pedih
kugenggam di sela kegalauan


Tri Maryati
Yk,30 Maret 2012




 LEMPUNG

Ketika mentari kuning keemasan membelai wajahnya
Senyum manisnya tak lagi tersungging
Terkatup rapat-rapat di bibir mungilnya
Kerut-merut di dahi polosnya berkelok-kelok bak aliran sungai kalongan yang dangkal
Lesung pipitnya disembunyikan begitu dalam
Langkahnya tak semantap degup jantungnya yang begitu kencang
Ditorehnya tanah liat berwarna merah
Lempung.....
Lempung....
Lempung.....
Desahnya mesra

Lembut....
Lentur....
Halus....
Lempung....
Terampil tangan mulusnya
Menjalin berbentuk bayinya
Bayi mungil
Entah dimana

Menggenggam begitu kencang
Dielus
Dibelai
Ditimang
Disayang
Lempung yang manis
Semanis jantung hatinya
Semanis belahan jiwanya

Lempung

Kau hadir di kala
Separo jiwa raganya
Tercabik-cabik bigitu lara

Air matanya menggelayut manja
Menggulir perlahan
Takut menyakiti pipi mulusnya
Pipi kembang desa

Duka kapan reda?


 AYAH
Ayah.....
Kekar.....bugar....
Tegar........
tak goyah walau mentari membakar
kau kejar bulan di awan
kau gapai bintang di remang malam

Ayah....
Kutatap sekujur polahmu
Kukagum seluruh langkahmu
Kuterpesona seluruh bijakmu
Kugenggam seluruh desah nafasmu
Kurengkuh seluruh perintahmu

Ayah......
Kini......
Kuterhimpit sakit memandangmu
Kumenjerit memelukmu
Kubergetar merebut sakitmu

Ayah.....
Doaku tuk penderitaanmu
Doaku tuk kesembuhanmu
Doaku tuk meringankanmu


 MENTARIKU

Begitu lembut
Begitu halus
Begitu mempesonaku
Begitu menggetarkan jiwaku


Betapa mungilmu
Bersih tanpa noda
kau jiwaku
kau sukmaku
kau kekuatanku
kau pelipur laraku
kau mentariku
Cucu-cucuku

Di kala malam menjelma
Anganku melambung ke kegelapan 
Nampak secercah sinar di kejauhan
Kutatap penuh semangat
Kutimang di remang-remang
Kulantunkan kidung pujian
Tuk mentariku di masa depan

Harapan

hai.....yang...
Di kala hati sedang gundah
merintih menjerit
tak pernah ada
tak kan pernah ada

Hai yang.....
Di kala bulan bercahaya..
Hati ini mengembara
Jauuuh....
di asa kala bergema
tak kan pernah terlupa

Hai... yang.....
Di kala mentari pagi
menyapa bumi
Hati ini bergelora
menanti asa di depan mata
membahana berjuta makna
bersamamu gelora
di dada menyala membahana